6 Februari 2017

Stimulasi Pranumerasi untuk Anak Usia Dini

Masih di seri pendidikan anak usia dini, setelah bahan stimulasi pramembaca dan pramenulis yuk sekarang kita bahas tentang stimulasi pranumerasi 😊

Menurut Early Years Learning Framework, numerasi adalah kapasitas, rasa percaya diri, dan kemampuan alami untuk menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Nah, untuk bisa menguasai aspek numerasi ini, anak perlu memiliki konsep-konsep matematika antara lain kesadaran spasial, struktur dan pola, angka, pembuatan perkiraan dengan data, pemecahan masalah, dan eksplorasi dunia dan kehidupan sehari-hari secara matematis.

Seru ya! Ternyata "matematika" bukan cuma tentang angka dan berhitung 😁 Ngenalinnya ke anak juga bisa (dan mungkin sudah Mama Papa lakukan) lewat kegiatan sehari-hari.

Ini konsep-konsep dalam matematika yang bisa Mama Papa kenalkan ke anak sejak usia dini:

  • Kesadaran dan pemahaman spasial: Mengenalkan bentuk dua dimensi (persegi, segitiga, lingkaran, dll) dan tiga dimensi (kubus, balok, bola, tabung, dll), ukuran (kecil, besar), posisi (di atas, di bawah, dll), letak (jauh, dekat), dan orientasi/pergerakan (berputar/diputar, berguling/digulingkan).
  • Pengukuran: Mengenalkan konsep berat (misalnya dengan bersama-sama menimbang bahan saat membuat kue), tinggi (misalnya mengukur tinggi badan), panjang (misalnya mengukur panjang perabotan di rumah), dan suhu (misalnya mengukur suhu air mandi atau suhu tubuh)
  • Angka dan operasi hitung: Menyebutkan angka secara berurutan maju dan mundur, memasangkan nama bilangan ("satu)" dan lambang bilangan ("1), menghitung ("Mata ada dua... satuuu... duaaa,," sambil menunjuk kedua mata), membandingkan jumlah ("Wortel di piring Mama lebih banyak daripada wortel di piring Kakak"), menjumlahkan ("Kakak punya kerupuk dua, Adik punya kerupuk dua, kalau semua dimasukkan ke mangkok ini jadi ada empat"), mengurangkan ("Mama punya ayam goreng dua, kalau Mama kasih ke Kakak satu jadi ayam goreng Mama tinggal satu"), membagikan ("Satu bungkus kue ini isinya dua, kita bagi ya.. Mama satu, Kakak satu"), dan mengalikan ("Wah kotak kuenya ada tiga ya Kak.. Tiap kotak isi dua, jadi kalau kita gabungkan isi dari tiga kotak ada enam kue deh..") 
  • Memilah dan mengelompokkan: Memilah berbagai benda yang ada di rumah dan mengelompokkannya berdasarkan warna, ukuran, bentuk, atau lainnya.
  • Struktur dan pola: Mengenalkan hal-hal yang berulang, bisa dari kejadian sehari-hari seperti menjelaskan "Setiap pagi matahari terbit, lalu setiap sore dia tenggelam" atau permainan seperti meronce (setiap roncean bisa diberi pola yang berbeda, misalnya ada yang maniknya bulat semua, lalu ada yang warnanya selang-seling, dan lain-lain).
  • Memperkirakan dengan data: Misalnya, anak bisa diminta memperkirakan mana di antara dua gelas yang isinya lebih banyak, ditanya alasannya, lalu dicoba mengisi kedua gelas dengan air dan membandingkan jumlahnya. Bisa juga memperkirakan akan lebih cepat habis makannya kalau pakai sendok yang mana, dan sebagainya. 
  • Pemecahan masalah: Memberi kesempatan pada anak untuk mencoba-coba menemukan solusi, misalnya sesimpel bermain memasukkan-bentuk-ke-lubang-yang-sesuai. Biasanya dia akan trial and error sampai akhirnya ngeh apa yang harusnya dilakukan sama mainan itu 😁 
Kalau lihat contoh-contoh di atas, mengenalkan konsep-konsep matematika tuh sederhana, mudah, dan sehari-hari banget yaa.. Asik kaaan 😁 Pengenalan konsep-konsep dasar dengan cara yang menyenangkan juga bisa membentuk persepsi anak bahwa matematika itu menyenangkan dan nggak sulit lho! Bener-bener jadi dasar pemahaman dan pembentukan mindset untuk menghadapi pelajaran Matematika dan pelajaran lain yang butuh kemampuan numerik nantinya deh 😊

Be First to Post Comment !
Posting Komentar